Catatan Perjalanan :

Sehari Di Selatannya Denver

 

3.   Purnama Di Taman Dewata

 

Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam kembali dari Royal Gorge Bridge, saya memasuki kota Colorado Springs, mengikuti rute yang sama seperti saat berangkatnya. Setiba di kota ini saya lalu keluar dari jalan I-25 dan masuk ke jalan yang bernama Garden of the Gods Road yang menuju ke arah barat. Dalam perjalanan kembali ke Golden sore itu, saya akan mampir dulu ke sebuah obyek wisata yang bernama Garden of the Gods.

 

Lokasi taman ini masih berada di kawasan kota Colorado Springs di sisi sebelah barat dan karena itu mudah dijangkau. Lalulintas kota itu cukup ramai, sehingga saya mesti berjalan agak pelan, selain sambil memperhatikan rambu-rambu petunjuk jalan di saat hari mulai remang-remang. Hari memang sudah di ambang senja meskipun belum terlalu gelap. Di musim dingin waktu siangnya lebih pendek. Matahari sudah terbenam pada sebelum pukul 5:30 sore.

 

Menjelang jam 05:00 sore saya sudah tiba di depan taman Garden of the Gods. Saya tidak langsung masuk ke taman, melainkan mampir dulu ke ruang pusat pengunjung (visitor center). Pertama, untuk memastikan bahwa taman masih buka. Petugas di sana mengatakan bahwa taman akan tutup jam 9:00 malam. Tentu ini suatu kebetulan bagi saya yang datangnya terlambat.

 

Rupanya taman ini memang buka sampai malam. Di luar musim dingin, taman ini bahkan buka hingga jam 11:00 malam. Kedua, untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan taman ini termasuk peta lokasi, mengingat belum banyak yang saya ketahui tentang taman ini. Ketiga, untuk membeli sekedar bekal buat berbuka puasa karena sebentar lagi waktu maghrib tiba.

 

***

 

Garden of the Gods yang terletak di kaki sebelah timur pegunungan Rocky Mountain adalah sebuah kawasan yang profil alamnya didominasi oleh adanya formasi batuan berupa batupasir merah yang muncul ke permukaan. Secara geologis kawasan ini terbentuk pada 300 juta tahun yang lalu. Adanya proses erosi terhadap formasi batupasir ini telah menyebabkan dihasilkannya berbagai bentuk batuan seperti yang terlihat sekarang ini.

 

Suatu bentuk tampilan batuan berwarna kemerahan yang seakan-akan menyembul keluar dari permukaan bumi dengan bentuk ujung-ujungnya yang meruncing, di tengah kawasan perbukitan yang hijau oleh tumbuhan sejenis pinus ponderosa, juniper dan tumbuhan serta bunga-bunga liar.

 

Pada bulan Agustus 1859, dua orang peneliti melakukan penjelajahan ke wilayah di luar kota Denver dan sampailah mereka ke wilayah baru yang kini disebut sebagai kota Colorado Springs. Ketika mereka tiba di daerah di sekitar wilayah baru itu, mereka menemukan sebuah kawasan yang berpemandangan indah yang dipenuhi dengan tampilan formasi batupasir merah. M.S. Beach, salah seorang peneliti itu, kemudian menamai daerah ini dengan “Beer Garden” ketika kawasan baru ini mulai berkembang. Namun teman yang satunya, bernama Rufus Cable, mengatakan inilah tempat dimana para dewa berkumpul. Karena itu lalu selanjutnya disebutlah tempat itu dengan “Garden of the Gods”, atau saya sebut saja Taman Dewata.

 

Berbekal peta lokasi, segera saja saya masuk ke Taman Dewata. Taman yang luas seluruhnya mencapai 542 ha ini dapat dijelajahi dengan menggunakan kendaraan dan memang tersedia rute jalan beraspal yang menuju ke tempat-tempat menarik di kawasan taman. Selain jalan beraspal juga tersedia jalan setapak yang memungkinkan wisatawan pejalan kaki untuk menjelajah dengan aman menyusuri kawasan ini. Di saat hari mejelang malam, di dalam taman rupanya masih cukup banyak pengunjung. Kelihatannya memang para wisatawan yang sengaja mengambil waktu kunjungan di malam hari.

 

Hari mulai gelap saat saya tiba di lokasi yang bernama Kissing Camels, yaitu lokasi dimana terdapat sebentuk batuan yang (katanya) menyerupai dua ekor unta yang sedang berciuman. Waktu sudah menunjukkan jam 05:30 sore, berarti sudah masuk waktu berbuka puasa. Sambil menikmati sebotol air mineral yang baru saya beli, saya berhenti agak lama di ujung barat laut jalur lingkar wisata di dalam taman yang disebut Juniper Way Loop.

 

Dalam keremangan senja hari, saya tidak dapat menggunakan kamera saya secara maksimal. Saya mencoba mengabadikan pemandangan saat senja hari di Taman Dewata ini dengan menggunakan kecepatan paparan (exposure) rendah. Sebenarnya saya agak diuntungkan dengan munculnya bulan purnama di ujung timur. Namun karena saya tidak membawa kaki tiga (tripod) guna meredam goyangan kamera maka saya mencoba mengakalinya dengan meletakkan kamera saya di atas kayu tiang pagar. Akibatnya tentu sudut pengambilan gambar menjadi terbatas, dan ternyata hasilnya memang tidak maksimal.

 

Bulan purnama yang masih berada pada sudut rendah di atas cakrawala timur yang seakan-akan baru keluar dari persembunyiannya, dari balik tonjolan-tonjolan batuan dan di pucuk dahan pohon pinus, memang memberi kesan yang romantis. Barangkali ilusi semacam ini yang mengilhami Rufus Cable berkhayal bahwa di sinilah taman bermain para dewa dan dewi dari kayangan.

 

Dinginnya angin malam musim dingin yang seperti menusuk tulang membuat saya yang sudah mengenakan jaket saja rasanya seperti menggigil ketika mencoba berjalan kaki mendekat ke lokasi formasi batuan. Saya pun jadi berkhayal : apa ya para dewa dan dewi itu “dulu” juga mengenakan jaket ketika musim dingin tiba.

 

Ada banyak sebutan nama batuan yang masing-masing dinamai antara lain sesuai dengan kemiripan bentuknya atau tampilannya, seperti misalnya Giant Footprints, Pulpit Rock, Cathedral Rock, Tower of Babel, dsb. Di antara bentuk-bentuk batuan yang tampak khas, ada yang disebut dengan nama Balanced Rock yaitu sebongkah besar batuan yang nangkring miring di atas bidang batuan lain. Posisi kesetimbangannya dengan bidang sentuh yang relatif sempit dibanding bongkah batuannya, telah menyebabkan bongkah batuan ini seperti tak tergoyahkan.

 

Semakin malam, saya semakin tidak mampu bertahan terlalu lama berada di luar kendaraan karena tiupan angin dingin. Barangkali karena saya belum terbiasa, karena saya lihat ada juga beberapa orang lain yang malam-malam begitu malah berwisata jalan kaki.

 

Sudah lewat jam 06:00 sore ketika akhirnya saya memutuskan untuk meninggalkan Taman Dewata. Saya masih melihat ada beberapa kendaraan lain datang menuju ke lokasi Taman Dewata ketika saya hendak keluar dari jalan di pintu masuk utama. Saya langsung saja melaju menuju ke jalan bebas hambatan I-25 dan mengambil arah utara yang akan kembali menuju Denver. Kota Colorado Spring yang berpopulasi sekitar 281.000 jiwa dan terletak pada elevasi sekitar 1.823 m dia atas permukaan laut, segera saya tinggalkan.

 

Sekitar dua jam perjalanan saya tempuh dari Colorado Springs melewati sisi barat daya Denver, hingga akhirnya saya tiba di kota Golden. Usai sudah perjalanan sehari menuju ke selatannya Denver. Esoknya pagi-pagi, saat kota Golden dan Denver masih diselimuti kabut tebal musim dingin, dengan kendaraan taksi saya menuju ke Denver International Airport dan selanjutnya terbang kembali ke New Orleans.-

 

New Orleans, 6 Pebruari 2001.

Yusuf Iskandar

 

 

 

Menjelang senja di Garden of the Gods.

 

 

 

Di sisi barat Juniper Way Loop, Garden of the Gods.

 

[Sebelumnya][Kembali][Berikutnya]